Minggu, 04 Desember 2011

Mengasah Interpersonal Skill Anda


Salah satu biang kegagalan manajer adalah dari buruknya interpersonal skill. Kurangnya interpersonal skill mengakibatkan manajer tidak bisa berkomunikasi dengan baik dengan anak buah maupun rekan kerjanya, sehingga tentu ini mempengaruhi semangat tim, yang berpotensi menurunkan produktivitas mereka. Parahnya lagi, jika terjadi konflik antara manajer dan anak buah, maka ini dapat memunculkan perasaan frustrasi pada anak buah, sehingga memicu turnover.

Penguasaan interpersonal skill yang memadai memungkinkan manajer untuk dapat menangani karyawannya secara lebih efektif. Komunikasi akan berjalan lebih lancar, tercipta hubungan yang harmonis dan engagement dengan karyawan, sehingga meningkatkan produktivitas karyawan di kantor.

Bagaimana Anda dapat mengasah interpersonal skill?

Kunci utama dalam menguasai interpersonal skill adalah menekan ego pribadi Anda. Perbedaan antara individu akan selalu ada, entah itu perbedaan pandangan, perbedaan kepentingan, dan lainnya. Dengan menekan ego pribadi, maka Anda dapat belajar untuk mencoba memahami orang lain. Setiap orang punya keunikan masing-masing, dan Anda harus menerima fakta tersebut.

Knowledge juga punya peranan penting dalam berinteraksi. Ketika Anda berusaha untuk mendekati orang lain, Anda dapat memanfaatkan knowledge yang Anda miliki terkait dengan keunikan yang dimiliki orang tersebut. Contohnya Anda berkenalan dengan seorang musisi, supaya interaksi berjalan dengan baik maka Anda dapat memulai pembicaraan seputar musik. Intinya adalah membangun komunikasi yang dapat menciptakan jalinan hubungan baik dengan orang lain. Pembicaraan tersebut akan berkesan buat dia.

Meskipun berbicara penting, namun listening justru lebih penting lagi, karena pada dasarnya orang ingin diperhatikan. Namun ingat, dengarkan mereka secara tulus. Mendengar dengan baik dan tulus memungkinkan Anda untuk merespon dengan tepat. Respon yang tepat memunculkan pembicaraan dan diskusi yang hidup. Bayangkan jika Anda berbicara namun lawan bicara Anda tidak mendengarkan dengan baik dan hanya merespon dengan `yaa.. yaa..` saja. Tidak mengenakkan bukan? Hargai orang lain, jangan memotong selagi ia berbicara

Perhatikan juga bahasa non-verbal Anda. Kadang, bahasa non-verbal dapat menyampaikan lebih banyak dibandingkan dengan bahasa verbal. Ketika Anda mengucapkan sesuatu, bicaralah dengan tulus. Meskipun mungkin secara verbal Anda mengungkapkan A, padahal hati Anda adalah B, bahasa non-verbal Anda seringkali menyampaikan clue-clue yang sebenarnya. Jaga jangan sampai bahasa non-verbal Anda terlihat menyerang atau meremehkan orang lain.

Salah satu cara untuk mengasah interpersonal skill Anda adalah dengan memperbanyak bertemu dengan orang-orang baru. Hal ini karena interpersonal skill yang terasah membutuhkan suatu proses dan waktu yang panjang. sehingga harus selalu dilatih. Semakin banyak Anda menjalin hubungan dengan orang lain, maka interpersonal skill Anda akan semakin terasah.

Salah satu hambatan dalam menjalin komunikasi di awal adalah `judgement`. Ketika judgement sudah bermain, maka kita punya persepsi dan kesan mengenai orang lain, yang mungkin negatif. Oleh karena itu, jangan biarkan judgement menahan Anda untuk memulai komunikasi. Berikan kesempatan pada orang lain untuk berinteraksi dengan Anda.

Selain itu, jadilah orang yang open minded. Belajarlah untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain. Jangan langsung menolak dengan keras `knowledge` baru yang berbeda dengan pengetahuan yang Anda miliki. Berkomunikasilah dengan serius, namun santai. Jika harus berdebat, lakukan dengan saling menghargai dan sopan.

Latih diri Anda hingga punya sikap empati. Empati adalah sikap dimana Anda dapat menempatkan diri seolah-olah Anda berada di posisi lawan bicara. Bayangkan seolah-olah Anda berada di situasinya., dan berikan respon yang tepat. Empati Anda terhadapnya akan menciptakan suatu hubungan yang positif. Empati ini harus terus menerus dilatih. Biasanya, orang yang punya Emotional Quotient (EQ) tinggi, lebih pandai dalam berempati.

Kemudian, interpersonal skill Anda sangat diuji ketika terjadi konflik. Anda dapat menjadi mediator dari pihak-pihak yang berkonflik. Kumpulkan mereka, dan bantu untuk mengatasi konflik yang mengemuka. Lakukan dengan kepala dingin, supaya komunikasi berjalan lancar, dan masalah bisa diselesaikan dengan baik. Anda harus bersikap netral sekaligus bijak untuk dapat mengambil peran ini.

Demikian adalah sejumlah langkah-langkah yang dapat Anda tempuh, untuk dapat mengasah interpersonal skill. Dengan mempraktekkan langkah-langkah diatas, maka perlahan-lahan Anda akan dapat mempunyai interpersonal skill yang sempurna. Yang jelas, perlu diingat bahwa mempelajarinya butuh proses yang panjang, dan merupakan lifetime process.

Rinella P/RP/mgf

Kamis, 13 Oktober 2011

(BASIC INTERPERSONAL SKILL)

  • Pengertian mengamati mempunyai arti "Melihat dan mempehatikan sesuatu dengan teliti, atau memperhatikan dan mengawasi sesuatu dengan saksama".Dengan berpedoman pada pengertian tersebut, maka yang dimaksud dengan keterampilan mengamati disini, dapat  diartikan sebagai : "Suatu keterampi lan yang dimi l iki seseorang, untuk mampu melihat dan mengamati suatu objek tertentu yang dilakukan secara teliti dan saksama, dengan tidak menganalisis. 
  • Keterampilan      mengamati,      merupakan    salah    satu    bentuk  keterampilan yang mutlak harus dimiliki anggota sekuriti,  terutama hal ini dikaitkan dengan tugasnya. Isti lah pengamatan banyak dikenal sebagai salah satu metode yang sering digunakan dalam rangka penelitian. 
  • 2. Bentuk pengamatan 
  • a. pengamatan dengan jalan tidak turut serta  Dalam hal ini pengamat mengambil sikap/posisi sebagai orang luar, dimana kehadirannya tidak menggangu kelompok yang sedang diamati. Umpamanya dalam pengamatan suatu kelas yang sedang belajar, guru yang  sedang   belajar,    menghadiri   suatu   sidang penggadilan, dll. 
  • b. pengamatan dengan jalan turut serta.  Dalam hal ini    berbagai macam peranan yang dapat dimainkan oleh penyelidik dalam mengamati situasisituasi sosial tertentu, dengan berbagai macam perbedaan derajat partisipasi/turut serta. Banyaknya macam kegiatan   yang      dapat    dilakukan    dalam      suatu kelompok tertentu saja. Dengan jalan turut serta dalam kegiatankegiatan kelompok, ia dapat turut merasakan apa yang dirasakan oleh anggota inti dari kelompok tersebut. Salah satu kesukaran bagi pengamat peserta, ialah bahwa setelah melakukan kegiatan tertentu, ia harus mengambil sikap / posisi yang objektif , jika tidak demikian maka catatan-catatannya akan terpengaruh unsur-unsur subjektif. 
  • 3. Beberapa keuntungan / keunggulan pengamatan : 
  • a. pengamatan dapat memuaskan kembali masalahnya selama pengamatan berlang-sung terus; 
  • b. hubungannya erat dengan situasi yang sebenarnya, memberikan kemungkinan baginya untuk menghindari   pertanyaan-pertanyaan yang  tidak berguna; 
  • c. secara teratur dia dapat mengubah kategori-kategori yang diperlukan bagi pengamatannya; 
  • d. memberikan kemungkinan baginya untuk memperoleh bahan - bahan yang lebih mendalam; 
  • e. dapat mengumpulkan bahan bahan yang pada saat itu kelihatannya tidak berhubungan dengan masalah pengamatannya, akan tetapi mungkin akan berguna di kemudian hari. 
  • 4.  Beberapa faktor yang mempenggaruhi hasil suatu pengamatan : 
  • a. lama / panjangnya waktu dari setiap pengamatan; 
  • b. keadaan tentang sipengamat sendiri; 
  • c. perumusan tentang kegiatan-kegiatan atau unit-unit tingkah laku yang spesifik (khas) yang diamati; 
  • d. ruang l ingkup pengamatan, apaka h untuk satu orang atau satu keiompok; 
  • e. bantu pencatatan, termasuk didalamnya penggunaan alatalat yang sesuai; 
  • f. apakah pengamatan sudah cukup terlatih; 
  • g. interpretasi hasil-hasil pengamatan. 
  • 5. Beberapa ciri khas dari pengamatan yang baik. 
  • a. suatu pengamatan direncanakan dengan teliti dan sistimatis. pengamat mengetahui benar-benar tentang apa yang dicarinya; 
  • b. pengamat menyadari keselurahan dari apa yang diamatinya. walaupun ia waspadai terhadap detaildetailnya yang berarti, tetapi ia tetap menyadari bahwa keseluruhan adalah lebih penting dari pada jumlah dari bagian-bagiannya; 
  • c. pengamat memisahkan tentang faktor-faktor dari interpretasi, dan membuat tafsirannya / interpretasinya pada sesuatu yang lain; 
  • d. pengamat bersikap obyektif. la akan mengakui akan kemungkinan kecenderungan-kecenderungannya, dan ia berusaha untuk menghilangkan pengaruh-pengaruh ini terhadap apa yang dilihat dan dilaporkannya; 
  • e.  pengamatan dicek dan diperkuat, dimana mungkin, dengan mengulanginya, atau dengan membandingkan dengan  catatan-catatan pengamat lain yang berwenang; 
  • f. pencatatan pengamatan dilakukan dengan teliti dan saksama. 
  • 6. Latihan-latihan untuk mengamati suatu objek ini, diharapkan seseorang mampu untuk : 
  • a. melihat dari hal-hal umum kepada hal-hal yang khusus; menyimpan fakta fakta yang dilihat ke dalam dan di dalam ingatannya dan menyebutkan kembali secara benar apa yang telah diamatinya; 
  • b. mengambil posisi yang tepat dikaitkan dengan jarak dan sudut pandang, sehingga akan memudahkan kegiatan pengamatan dimaksud; 
  • c. membiasakan diri untuk selalu mencatat, dengan mengingat adanya keterbatasan dalam daya ingat kita. 
  • d.  berkonsentrasi selama pengamatan itu dilaksanakan. 
  • 7. Kita menyadari, bahwa melakukan pengamatan bukanlah merupakan hal yang mudah, sehingga apabila hal ini tidak dilakukan melalui latihan-latihan yang baik, sangat sulit bagi seseorang untuk memiliki keterampilan tersebut. Beberapa hal yang perlu mendapat perhatian dalam melaksanakan pengamatan ini, antara Lain : 
  • a. untuk dapat melakukan pengamatan yang baik, harus betul-betul dilakukan secara sistimatis, dalam arti dilakukan mulai mel ihat  dari hal-hal yang bersifat  khusus;  
  • b. dalam melihat ataupun memperhatikan suatu objek , tidak mungkin dilakukan tanpa adanya konsentrasi yang penuh terhadap objek tersebut; 
  • c. harus disadari, pada saat seseorang melakukan pengamatan konsentrasi akan senantiasa adanya pengaruh yang dapat  mengganggu tersebut. 
  • d. dalam        rangka        pengamatan,      kita        menyadari    bahwa keterbatasan, pada posisi sehingga dalam pelaksanaannya, harus dapat menempatkan diri pada posisi yang tepat; 
  • e. selain keterbatasan tersebut di atas, karena daya ingat seseorang    kemampuan seseorang    untuk  melihat atau memperhatikan suatu objek juga tidak sama, untuk itu perlu membiasakan diri dengan menggunakan alat bantu, berupa catatan ataupun alat-alat lainnya,  pada waktu seseorang melakukan pengamatan. 

KETERAMPILAN DASAR PERORANGAN (INTERPERSONAL SKILL)

  • Keterampilan      seseorang      ini    melekat pada      setiap      pribadi      dalam persentuhannya dengan masyarakat (baik individu maupun kelompok), yang dalam perwujudannya akan menampilkan sikap, tingkah laku dan perbuatan yang mencerminkan keakuratan dalam menunjang pelaksanaan tugas.Keterampilan dasar perorangan ini, meliputi :
  • A.  keterampilan mengamati (observing skill);
  • B.  keterampilan menggambarkan (describing skill);
  • C.  keterampilan mendengarkan (listening skill);
  • D.  keterampilan bertanya (questioning skill);
  • E.  keterampilan meringkas (summarizing skill);
  • F.  keterampilan memberi dan menerima umpan balik (feed back skill).
  • Yang apabila selalu dilatihkan, dihayati dan dilaksanakan, serta diupayakan menginternalisasikannya dalam sikap, tingkah laku dalam perbuatan sehari-hari, akan menjembatani atau menjadi landasan pengembangan keterampilan selanjunya.
  • Keterampilan dasar sebagaimana tersebut di atas, dapat diuraikan sebagai berikut :
  • A. Keterampilan mengamati (observing skill) 
  • Kompetensi dasar : Memahami dan mampu menerapkan keterampilan mengamati dalam kehidupan sehari-hari. Indikator hasil belajar  : 
  • 1. menjelaskan pengertian observing skill; 
  • 2. menerapkan teknik  pengamatan; 
  • 3. pengamatan tanpa persepsi; 
  • 4. menerapkan pengamatan sesuai fakta yang ada; 
  • 5. pengamatan pada suatu objek tanpa persepsi; 
  • 6. pengamatan pada suatu objek secara teliti; 
  • 7. pengamatan pada suatu objek dengan jarak yang    tepat; 
  • 8. pengamatan pada suatu objek dengan posisi yang tepat

sumber:djpp

Interpersonal skills are sometimes also referred to as people skills or communication skills.[1] Interpersonal skills involve using skills such as active listening[2] and tone of voice, they include delegation and leadership. It is how well you communicate with someone and how well you behave or carry yourself. Also they help people further their careers.

Interpersonal skills refer to mental and communicative algorithms applied during social communications and interaction to reach certain effects or results.[clarification needed] The term "interpersonal skills" is used often in business contexts to refer to the measure of a person's ability to operate within business organizations through social communication and interactions. Interpersonal skills are how people relate to one another.
As an illustration, it is generally understood that communicating respect for other people or professionals within will enable one to reduce conflict and increase participation or assistance in obtaining information or completing tasks. For instance, to interrupt someone who is currently preoccupied with the task of obtaining information needed immediately, it is recommended that a professional use a deferential approach with language such as, "Excuse me, are you busy? I have an urgent matter to discuss with you if you have the time at the moment." This allows the receiving professional to make their own judgment regarding the importance of their current task versus entering into a discussion with their colleague. While it is generally understood that interrupting someone with an "urgent" request will often take priority, allowing the receiver of the message to judge independently the request and agree to further interaction will likely result in a higher quality interaction. Following these kinds of heuristics to achieve better professional results generally results in a professional being ranked as one with 'good interpersonal skills.' Often these evaluations occur in formal and informal settings.
Having positive interpersonal skills increases the productivity in the organization since the number of conflicts is reduced. In informal situations, it allows communication to be easy and comfortable. People with good interpersonal skills can generally control the feelings that emerge in difficult situations and respond appropriately, instead of being overwhelmed by emotion.

[edit]See also

Herta A. Murphy and Herbert W. Hildebrandt wrote in their book Effective Business Communications “The ability to communicate effectively through speaking as well as in writing is highly valued, and demanded, in business,” Good communication skills require a high level of self-awareness. By understanding your personal style of communicating, you will go a long way towards creating good and lasting impressions

Interpersonal Skill merupakan salah satu dari soft skill yang banyak diminta oleh perusahaan untuk berbagai jabatan dan posisi.
Sudahkah Anda memiliki ketrampilan ini? Silakan simak beberapa poin berikut:
Interpersonal Skill bukan merupakan bagian dari karakter kepribadian yang bersifat bawaan, melainkan merupakan ketrampilan yang bisa dipelajari.
Interpersonal Skill yang baik dapat dibangun antara lain dari kemampuan mengembangkan perilaku dan komunikasi yang asertif.
Asertif secara sederhana berarti mampu secara aktif menyatakan gagasan, harapan atau perasaan (baik yang positif atau negatif) secara langsung dan apa adanya, tanpa menyerang atau merugikan orang lain.
Berlaku asertif yang tampaknya mudah ini seringkali menjadi ekstra sulit dalam situasi konflik atau situasi di mana terjadi perbedaan kepentingan antar individu dalam suatu kelompok/organisasi.

Prinsip-prinsip dasar perilaku atau komunikasi yang asertif antara lain adalah menghargai hak orang lain untuk menyampaikan gagasan atau pendapat, untuk didengarkan dan diperlakukan dengan penuh respek serta untuk berbeda pendapat.
Perilaku atau komunikasi asertif membantu kita untuk mendapatkan citra positif tentang diri sendiri dan orang lain, mengembangkan saling respek dengan orang lain, membantu kita mencapai tujuan, melindungi diri kita agar tidak dimanfaatkan oleh orang lain sekaligus tidak melukai orang lain.
Perilaku atau komunikasi asertif bertujuan untuk mencapai win-win solution, di mana masing-masing pihak yang berinteraksi dapat merasakan kepentingannya terakomodir tanpa merasa dikalahkan atau berkurang harga dirinya.
Orang-orang yang asertif biasanya ekspresif dan jujur, bila berbicara langsung ke inti permasalahan, tidak mudah terpancing emosinya, berorientasi pada solusi serta dihargai dan menghargai orang lain.
Contoh komunikasi asertif ketika harus menegur orang lain “Saya merasa terganggu kalau kamu terlambat hadir di rapat ini. Saya merasa membuang waktu dan frustasi kalau harus mengulang kembali apa yang sudah saya bicarakan. Bisakah kamu datang tepat waktu lain kali?”
Peganglah prinsip menghargai orang lain dengan menguasai bahasa tubuh, ekspresi wajah dan intonasi Anda ketika berkomunikasi secara asertif.
Bersikap asertif sangat berguna dalam membangun Interpersonal Skill secara umum, tetapi penerapannya tetap harus selektif karena mungkin tidak bisa berhasil untuk semua kasus.
Semoga tulisan ini bermanfaat.


sumber:karir